MENANTI KEJUTAN GUBERNUR DKI 2017


Berbicara mengenai pilkada di DKI memang menarik untuk dikomentari. Beberapa waktu lalu peta perpolitikan di ibu kota Negara tersebut cenderung stagnan dan membosankan. Hanya ada pro Ahok dan Kontra Ahok yang menghiasi media. Akan tetapi menjelang injury time,  sejumlah partai politik mulai sprint menentukan haluan. Bukan tanpa alasan,  pendaftaran para bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah akan ditutup tanggal 24 September. Efektif hanya 4 hari bagi partai politik untuk memggodok para patarungnya dalam pesta rakyat yang akan diselenggarakan serentak tersebut.

Sejumlah nama memang sudah sering digadang untuk maju menjadi DKI 1. Sebut saja petahana yang semula kasak kusuk ngotot melalui jalur independen dan seolah meninggalkan Wakil nya.  Lalu sikap santai yang ditunjukkan Djarot dari kubu PDIP. Setelah itu sikap cool dari Walikota Surabaya yang bertahan agar tetap di Surabaya.  Ada juga pentolan PKS,  Adhyaksa Dault yang sering bersafari politik kebeberapa tokoh, dan pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra serta  kader Gerindra yang juga pengusaha muda sudah sering mewarnai berita diberbagai media.

Tampaknya bongkar pasang dan simulasi calon sudah sering mengalami kegagalan.  Seperti PDIP yang semula ogah untuk mencalonkan petahana, dan gagal mendatangkan Risma ke DKI.  Di luar nama Risma tentu tidak ada kader lain yang mumpuni menandingi ahok.  Sedangkan secara hitung-hitungan politik untuk memunculkan Djarot sebagai orang nomor satu sangat riskan. Namun dengan pertimbangan lain oleh elit PDIP kembali menduetkan Ahok Djarot sebagai jalan menuju kemenangan walau keputusan ini menyakiti perasaan beberapa kader PDIP. Tampak nya PDIP ogah kalah dan enggan berspekulasi di pertarungan DKI,  sebab bisa saja dengan mayoritas suara di parlemen DKI bisa mengusung calon sendiri. Setelah koalisi kekeluargaan gagal dibangun,  peta perpolitikan berubah cepat dan dinamis.  Sesuai dengan prediksi banyak orang bahwa koalisi kekeluargaan untuk membendung Ahok tidak akan berjalan.  Pecahnya suara pasca PDIP memilih ahok Djarot akibat dari usulan masing masing parpol untuk menentukan kandidat.  Mulai dari simulasi Sandiaga dengan sekda DKI.  Sandiaga dan tokoh PKS Mardani Ali dan beberapa nama lain tidak menunjukkan satu suara.

Kebuntuan komunikasi para elit parpol kembali di tengahi oleh ketokohan mantan Presiden keenam Indonesia. Muncul nama yang sangat mengejutkan di luar partai politik walaupun Agus adalah anak dari ketua partai politik.  Namun pertaruhan yang dilakukan oleh Agus adalah bentuk perjudian yang luar biasa berani mengingat karirnya yang sangat moncer di dunia militer. Dengan prestasi yang diukir Agus Harimurti Yudhoyono, bukan tidak mungkin kelak akan menjadi komandan strategis di Angkatan Darat khususnya maupun TNI umumnya.

Namun di luar itu semua,  kembali tampak ketokohan SBY sebagai central figure Partai Demokrat dan beberapa partai di luar PDIP teruji dengan menyatukan poros cikeas. Akan ada pertempuran besar di pilkada DKI yaitu poros Megawati dan poros  SBY yang rivalitasnya begitu mendominasi perpolitikan nasional. Pilkada DKI semakin menunjukkan timur barat nya antara Megawati dan SBY walaupun ada calon lain dari Gerindra dan PKS.

Jika koalisi Cikeas bisa memenangkan pertarungan,  ini bisa menjadi langkah awal bagi Agus menuju kancah nasional.  Seperti jejak yang ditorehkan Presiden Jokowi untuk menjadikan Jabatan Gubernur DKI menuju Kursi Presiden. Tentunya bagi demokrat kembali menjadi modal berharga menuju zaman keemasan seperti yang ditorehkan era SBY selama menjadi Presiden. Agus pun tidak harus menunggu menjadi Jenderal untuk menaungi para Jenderal. Namun jika gagal,  Agus harus memulai dari awal menuju perpolitikan nasional dan Demokrat harus memupuk aset terbaiknya tersebut untuk masa akan datang dan menunda periode gemilangnya.

Comments

Popular posts from this blog

GUBERNUR TINJAU OPERASI PASAR MINYAK GORENG DI LAMPUNG TIMUR

GILIRAN SRI JAYA DAN LEPANG TENGAH

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Nomor : 35 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KEHUTANAN DAN ANGKA KREDITNYA