TOLE....RANSI, TOLERAN...SI ATAU TOLERANSI

Akhir-akhir ini kita sering mendengar kata-kata toleransi. Sebut saja “Sosok Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tak asing dengan gagasan toleransi antarumat beragama, bagi Indonesia dan dunia, sosok Presiden keempat RI itu nomor wahid bila berbicara soal toleransi”(http://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/24/08214381/merindukan.toleransi.gus.dur). Atau “Sekarang ini di Indonesia isu agama menjadi hal paling sensitif untuk dibicarakan dalam ranah publik. Sebabnya, masih banyak masyarakat yang kurang memahami arti toleransi dalam beragama” (https://www.merdeka.com/dunia/cerita-cerita-toleransi-paling-menggugah-hati-damaikan-bumi.html).
Kata tersebut terdengar seksi untuk dipergunakan dalam spanduk maupun tema-tema kegiatan. Ada yang bertanya, sebenarnya apa itu toleransi. Lalu mengapa perlu toleransi dan ujung-ujungnya mengapa toleransi tidak bisa dilaksanakan sehingga hanya menjadi simbol-simbol ilmiah. Toleransi sendiri berasal dari kata tole, yang dalam bahasa jawanya berarti adik. Lalu diberi akhiran ansi agar kesan ilmiahnya muncul. Dengan demikian toleransi berarti adik yang......(tidak jelas). Oh tidak, ini namanya penyesatan. Ada pasal yang mengatur tentang penyesatan dan penulis takut dikenakan pasal tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata toleransi berarti sifat atau sikap toleran; batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan; penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja. Sedangkan menurut Wikipedia, Toleransi adalah membiarkan orang lain berpendapat lain,melakukan hal yang tidak sependapat dengan kita, tanpa kita ganggu ataupun intimidasi. istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, di mana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat menghormati keberadaan agama atau kepercayaan lainnya yang berbeda.
Begitu indahnya kata toleransi jika kita sama-sama mengetahui artinya dan mengamalkannya. Seharusnya kita kembali kemasa-masa sekolah dulu (tepatnya Sekolah Dasar), dimana kita diajarkan untuk saling toleransi. Namun seiringnya waktu, nilai-nilai luhur tersebut terdegredasi. Miris rasanya jika kita merfleksi masa-masa dulu, disaat negara Indonesia terkenal dengan negara yang menjunjung tinggi sikap toleransi dalam sendi-sendi kehidupan. Tampaknya dengan kondisi ini kita perlu kembali belajar di Sekolah Dasar atau belajar dari anak-anak kita yang masih mengenyam pendidikan di level tersebut. Semoga nilai-nilai kepribadian bangsa itu bisa kita pupuk dan kembangkan dikehidupan yang akan datang.

Comments

Popular posts from this blog

GUBERNUR TINJAU OPERASI PASAR MINYAK GORENG DI LAMPUNG TIMUR

GILIRAN SRI JAYA DAN LEPANG TENGAH

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Nomor : 35 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KEHUTANAN DAN ANGKA KREDITNYA