Bentang Alam Kawasan Hutan Bukit Barisan Selatan ( sumber : http://www.tfcasumatera.org/grant-scheme/priority-areas/bukit-barisan-selatan/)
Luas
|
365.000
hektar
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sejarah
|
Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada Tanggal 29 Juni 1999 oleh
Menteri Kehutanan melalui KepMenHut No. 489/Kpts-II/1999
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Letak
Geografis
|
Provinsi
Lampung, yang meliputi dua kabupaten - Tanggamus dan Lampung Barat
Provinsi
Bengkulu, di Kabupaten Kaur
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tipe
Ekosistem
|
Ekosistem
TNBBS terbilang lengkap. Tipe ekosistem penyusun Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan dibedakan menjadi hutan pantai, hutan hujan dataran rendah, hutan
hujan bukit, hutan hujan pegunungan bawah, hutan hujan pegunungan tinggi dan
cagar alam laut;
Ekosistem
hutan hujan dataran rendah >40 % nya mendominasi kawasan TNBBS dan
merupakan luasan tertinggi. Ekosistem hutan hujan dataran rendah juga
merupakan tipe ekosistem yang kekayaan hayatinya paling tinggi dijumpai di
TNBBS.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Flora
|
Secara
umum telah teridentifikasi paling sedikit 514 jenis pohon, tumbuhan bawah
sekitar 98 jenis dari famili antara lain Dipterocarpaceae, Lauraceae,
Myrtaceae, Fagaceae, Annonaceae, Rosaceae, Zingiberaceae dan lain-lain serta
126 jenis anggrek, 26 jenis rotan, 24 jenis liana dan 15 jenis bambu yang
hidup di kawasan TNBBS. Berdasarkan data FIMP untuk tanaman obat telah teridentifikasi
sebanyak 124 jenis yang tersebar di kawasan TNBBS.
Kawasan
TNBBS merupakan habitat bagi jenis-jenis tumbuhan berbunga unik, langka dan
masih ada dalam proses evolusi yaitu bunga Rafflesia (Rafflesia sp)
dan 2 buah jenis bunga bangkai masing-masing Amorphophallus titanum
dan Amorphophallus deculsivae. Amorphophallus titanium, disebut juga
bunga bangkai jangkung tingginya dapat mencapai 2 meter. Tumbuhan lain yang
menjadi ciri khas taman nasional ini adalah anggrek raksasa/tebu (Grammatophylum
speciosum).
Berdasarkan
hasil inventarisasi, terdapat sebanyak 157 jenis tumbuhan di Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan dapat digunakan sebagai tanaman obat, seperti pasak
bumi (Eurycoma longifolia), dan pulai (Alstonia scholaris).
Taman Nasional ini juga merupakan habitat bagi jenis-jenis tumbuhan endemik
dilindungi dan langka, yaitu bunga rafflesia (Rafflesia sp) dan 2
jenis bunga bangkai Amorphophallus titanum dan A. Deculsilvae.
Vegetasi
yang dapat dijumpai di TNBBS berbeda-beda untuk setiap tipe ekosistem.
Vegetasi yang umum dijumpai di lahan basah dan pesisir adalah Terminalia
cattapa, Hibiscus sp, Baringtonia asiatica, Callophyllum inophyllum, Casuania
sp, Pandanus sp, dan Ficus septica.
Hutan
hujan dataran rendah didominasi oleh Shorea sp, Dipterocarpus sp,
dan Hopea sp, dengan jenis tumbuhan bawah diantaranya Urophyllum
sp, Phrynium sp, Korthalsi sp, dan Calamus sp. Hutan hujan bukit
didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Annonaceae
dengan tumbuhan bawah Neolitsea cassianeforia, Psychotria rhinocerotis,
Areaca sp, dan Globba pendella.
Selanjutnya,
hutan hujan pegunungan bawah dihuni oleh jenis-jenis dari keluarga Lauraceae,
Myrtaceae, Dipterocarpaceae dan Fagaceae, seperti Magnolia sp, Quercus sp,
dan Garcinia sp. Sedangkan hutan hujan pegunungan tingginya
didominasi oleh Eugenia sp, dan Castanopsis sp. Jenis-jenis sea
weed ditemukan di pesisir Selatan Sumatera, seperti Sargasum
gracillum, S. echinocarpum, Acanthopora specifesa, Hypnea musciformis,
dan Turbinaria ornata, sementara sea weed jenis Thallasis sp
hidup di sepanjang teluk Belimbing.
Famili
pohon yang dominan pada hutan hujan bukit adalah Dipterocarpaceae, Lauraceae,
Myrtaceae dan Annonaceae. Kawasan TNBBS juga merupakan habitat penting dari
Damar Mata Kucing (Shorea javanica), Damar Batu (Shorea ovalis)
dan Jelutung (Dyera sp).
Kawasan
taman nasional ini juga merupakan habitat penting bagi berbagai jenis
tumbuhan yang memiliki pemanfaatan tardisional, seperti jenis penghasil getah
damar mata kucing (Shorea javanica), damar batu (S. Ovalis),
dan jelutung (Dyera costulata). Selain itu terdapat 11 flora
endemik Sumatera, yaitu Bacaurea multiflora, Madhuca magnifolia, Memecylon
multiflorum, Drypetes subsymetrica, Drypetes simalurensis, Ryparosa multinervosa
dan lain-lain.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Fauna
|
Hampir
seluruh jenis fauna khas Pulau Sumatera ada di kawasan ini kecuali orangutan
sumatera. Secara umum telah teridentifikasi 122 jenis mamalia termasuk 7
jenis primata, 450 jenis burung termasuk 9 jenis burung rangkong, 123 jenis
herpetofauna (reptil dan amphibi), 221 jenis insekta/serangga, 7 jenis
moluska, 2 jenis krustasea serta 53 jenis ikan hidup di kawasan TNBBS.
Satwa yang
menghuni Bukit Barisan Selatan antara lain Badak Sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus), Harimau (Panthera
tigris), Tapir (Tapirus indicus), Rusa (Cervus sp), Kancil
(Tragulus javanicus), Kerbau liar (Bubalus bubalis), Kijang (Muntiacus
muntjak), Kambing hutan (Capricorn sumatrensis), Ajak (Cuon
alpinus), Ungko (Hylobates agilis), Ular sanca (Phyton
reticulatus), dan lain-lainnya. Berbagai jenis kera dan monyet juga
mendiami habitat yang sangat baik di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan ini, antara lain Siamang (Symphalangus syndactylus), Owa (Hylobates
agilis), Kera (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina),
Lutung (Presbytis cristata) dan Presbytis melalophos. Di daerah
yang agak lebih dalam, dijumpai pula Beruang Madu (Helarctos malayanus).
Berbagai jenis Rangkong (Buceros sp) dan jenis-jenis burung lain juga
menjadi bagian kekayaan fauna yang tidak dapat dipisahkan. Di sepanjang
pantai selatan dan barat dapat dijumpai beberapa jenis Penyu antara lain Dermochelys
imbricata, Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), dll.
Terdapat 6
jenis binatang mamalia yang terancam menurut Red Data Book IUCN masing-masing
Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) dengan dugaan populasi
diperkirakan 498 ekor (Hedges, et. al, 2005), Badak Sumatra (Dicerorhinus
sumatrensis) dengan dugaan populasi diperkirakan 60 – 80 ekor
(RPU), Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrensis) dengan dugaan
populasi diperkirakan 40 – 43 ekor (O’brien dkk, 2003), Tapir (Tapirus
indicus), Beruang Madu (Helarctos malayanus) dan Ajag (Cuon
alpinus).
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ancaman
Utama
|
Hilangnya
habitat sehubungan dengan konversi hutan menjadi pemukiman, pengolahan dan
perkebunan telah menjadi ancaman utama bagi taman dan kelangsungan hidup
spesies yang terancam di dalamnya. Pelanggaran terhadap hak atas perkebunan
kopi, merica, dan pertanian lainnya secara lambat-laun merambah ke taman dan
memberi kontribusi pada hilangnya habitat secara substansial. Pembukaan hutan
di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan juga mendatangkan ancaman serius
lainnya terhadap spesies yakni perburuan liar.
Perambahan
Berdasarkan
interpretasi peta SPOT 5 (Tahun 2005) deforestasi TNBBS seluas ± 63.000 Ha
berupa pembukaan lahan aktif (perladangan) dan tidak aktif berupa semak
belukar yang ditinggalkan dan dalam proses rehabilitasi berupa
Gerhan/penghijauan habitat. Hingga tahun 2007 jumlah perambah ± 16.522 KK dan
sekitar 1.424 KK telah turun.
Satu
diantara beberapa wilayah yang termasuk ke dalam kawasan TNBBS yang mengalami
permasalahan perambahan adalah Resort Sekincau yang termasuk ke dalam wilayah
pengelolaan SPTN III Krui, BPTN II Liwa, Kabupaten Lampung Barat. Ada 4 hal
yang menyebabkan permasalahan pengelolaan kawasan hutan di Lampung Barat
(Nirwan 2008):
Resort
Sekincau berbatasan langsung dengan kawasan non hutan (kawasan budidaya dan
pemukiman penduduk). Wilayah ini termasuk sensitif karena sering mengalami
berbagai fenomena sosial, ekonomi dan politik yang mempengaruhi pola
penggunaan kawasan hutan oleh masyarakat. Misalnya fungsi kawasan hutan tidak
lagi dapat dipertahankan karena adanya gugatan status lahan oleh masyarakat,
praktik-praktik pertanian di dalam kawasan taman nasional dan konversi lahan.
Kawasan hutan Sekincau dibuka sekitar tahun 1960-an oleh masyarakat
pendatang, sebelum kawasan ditetapkan sebagai Taman Nasional. Masyarakat
membuka lahan untuk pemukiman dan perkebunan kopi.
Ada 3 tipe
perambah di kawasan perambahan TNBBS, yaitu:
1.
Perambah musiman, yaitu perambah yang hanya datang pada saat musim
panen kopi saja.
2.
Perambah tepi, yaitu perambah yang bertempat tinggal di dekat kawasan
atau di perbatasan taman nasonal dan memiliki lahan di dalam kawasan.
3.
Perambah tetap, yaitu perambah yang memiliki kebun sekaligus tinggal
menetap di dalam kawasan.
Jenis
satwa yang menimbulkan konflik dengan manusia di Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan antara lain harimau, gajah, badak, beruang madu, macan dahan, macan
akar, dll. Namun, di antara jenis satwa tersebut, yang paling sering
menimbulkan konflik adalah harimau, badak dan gajah. Satwa-satwa tersebut
menimbulkan konflik dengan manusia karena keluar dari kawasan dan merusak
ladang (lahan pertanian) milik warga dan juga menyerang ternak. Hal ini tentu
saja menimbulkan kerugian yang tidak sedikit baik dari segi materi dan
im-materi. Kerusakan ladang dan kehilangan ternak dapat merugikan petani yang
pada akhirnya menurunkan tingkat kesejahteraan mereka. Satwa yang keluar kawasan juga dapat
menimbulkan ketakutan dan trauma pada warga terutama jika terdapat korban
jiwa.
Pembukaan
jalan sebagai jalur transportasi di kawasan barat dan selatan lampung
merupakan kebutuhan yang penting bagi kelancaran transportasi dan perdagangan
lintas kabupaten dan propinsi. Keberadaan kawasan TNBBS yang memanjang dari
utara ke selatan ternyata terletak di antara jalur tersebut. Kondisi ini
menyebabkan pembukaan jalan harus menembus kawasan TNBBS.
Jalan yang
menembus kawasan TNBBS
Pembukaan jalan tersebut ternyata
menimbulkan beberapa permasalahan, yaitu :
|
Comments
Post a Comment